Rabu, 01 Februari 2017

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN - PERILAKU



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apa bila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan dengan peran manusia sebagai individu, social, dan berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, Dan lain sebagainya. Untuk aktivitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misal : kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain.
Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku ia sedang membaca, sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia itu sendiri. Perilaku terdiri dari aktivitas- aktivitas yang berlangsung, baik didalam maupun diluar. Ada banyak factor yang dapat mempengaruhi perilaku individu antara lain Keturunan, Lingkungan, Emosi, Persepsi, Motivasi, Belajar dan Intelegensi
Emosi merupakan warna afektif yang mempengaruhi setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif adalah perasaan-petrasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertertu. Emosi merupakan sesuatu yang muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dirumusakan suatu masalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian emosi?
2.      Apa saja jenis-jenis ungkapan emosi?
3.      Apakah faktor yang mempengaruhi  emosi terhadap perilaku individu ?
4.      Apakah emosi dapat mempengaruhi kecerdasan emosional individu?
5.      Apakah contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan emosi dan pengauhnya terhadap perilaku individu.
2.      Menambah wawasan penulis tentang  pengaruh emosi/perasaan terhadap individu.
3.      Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Emosi
Perbuatan atau tingkah laku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak tidak senang yang terlalui menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samara-samar). Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi (Sarlito, 1982: 59). Disamping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas, emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat suatu warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi, menurut Crow dan Crow (1958) pengertian emosi itu sebagai berikut : “ an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physioligicial strirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.” Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.


Emosi dapat bersifat negatif dan dapat juga bersifat positif. Hal tersebut, tergantung dari situasi yang dihadapi atau dirasakan oleh individu. Karena sifat positif atau negaatif emosi individu bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu tersebut. Faktor internal dipengaruhi dari dalam tubuh pribdi individu tersebut. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi dri luar individu yaitu lingkungan. Dengan demikian, emosi adalah suatu perasaan (efek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu.
Namun kenyataannya dalam kehidupan ini, tidak sedikit dari kita yang belum bisa mengenal dan mampu memahami emosinya sendiri. Akibat dari ketidak pahaman tentang emosi menyebabkan tidak bisanya mengelola emosi tersebut menjadi energi yang positif. Jika kita sebagai individu tahu dan mengerti pengaruh-pengaruh emosi terhadap dirinya, maka kita akan tahu bagaimana cara mengelola emosi tersebut. Oleh karena itu, perlunya kita mengenal bentuk, ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi emosi terhadap individu. Karena dengan emosi akan terermin perilaku baik atau buruknya individu dalam lingkungn. Maka dari itu Atkinson (1983 : 45 ) membedadak emosi hanya 2 jenis yakni emosi yang menyenangkan dan emosi tidak meyenangkan. Sedangkan Martin (2003 : 26 ) menyatkan bahwa emosi dapat dikatak baik atau buruknya tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan.







B.     Jenis Ungkapan Emosi
Setiap orang memiliki pola emosi yang berbeda. pada umumnya jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaan yang terlihat terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi tersebut.
1.      Cinta/kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Tidak ada manusia yang dapat hidup bahagia dan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu terkadang disembunyikan secara rapi.
Para individu yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari. (Sunarto, 2002:152). Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua, teman dan orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit untuk dipuaskan pada suasana yang mobilitas tinggi. Kebutuhan akan kasih sayang dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan yang lain.
Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional (Yusuf , 2005:206)
2.      Gembira dan bahagia
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan individu akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mandapat sambutan oleh yang dicintai.
Perasaan bahagia ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena individu mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.
3.      Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha individu untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai soerang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjolkan dalam perkembangan kepribadian.
4.      Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang individu mencapai remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan individu itu sendiri.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua akan menyebabkan seseorang tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang penakut, apatis, dan penggugup. Selanjutnya sikap apatis yang ditimbulkan oleh otoriter orang tua akan mengakibatkannya menjadi individu yang pendiam, memencilkan diri, tak sanggunp bergaul dengan orang lain (Willis, 2005:57)
5.      Frustasi dan Dukacita
Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri.
Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.

C.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Emosi
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan individu adalah faktor lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis. Faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutkan sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Melalui lingkungan bisa membentuk individu sebagai makhuk sosial, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebaga makhluk sosial untuk saling berinteraksi dan bergaul satu dengan yang lainnya.


Disamping itu lingkungan dapat pula membentuk wajah budaya bagi individu. Lingkungan dengan keanekaragaman dan kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam.
Kemudian suatu individu juga dipengaruhi oleh faktor keturunan yang merupakan pembawaan sejak lahir. Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cendrung bersifat kodrati yang sulit untuk di modifikasi. Seberapa kuat pengaruh keturunan sangat bergantung pada besarnya kualitas dari gen yang dimiliki oleh orang tuanya. Dalam faktor keturunan berlaku beberapa asas yang mendasari pemikiran dari faktor keturunan tersebut. Pertama Asas Reproduksi yang berpendapat bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri perilaku yang diturunkan orang tua kepada anaknya hanyalah bersifat reproduksi, yaitu memunculkan kembali mengenai apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih saja, dan bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang diperolehnya melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi dengan lingkungannya, kedua Asas Variasi yang berpendapat bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua kepada anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. Ketiga Asas Regresi Filial berpendapat bahwa terjadi pensurutan sifat atau ciri perilaku dari kedua orangtua pada anaknya yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik dalam perpaduan pembawaan ayah dan ibunya, sehingga akan didapati sebagian kecil dari sifat-sifat ayahnya dan sebagian kecil pula dari sifat-sifat ibunya. Keempat Asas Jenis Menyilang menurut asas ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang jenis. Dan terakhir yaitu Asas konformitas yaitu bahwa seorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.
Sesudah membahas individu dari segi faktor yang mempengaruhinya kini waktunya untuk membahas emosional dari suatu individu. Emosional dari suatu individu memiliki beberapa ciri yaitu lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnnya seperti pengamatan dan berfikir, kemudian bersifat fluktuatif atau tidak tetap, dan banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif. Emosi diekspresikan dalam perilaku, emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan. Perasaan dan emosi pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak bisa dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi. Perasaan merupakan pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh rangsangan dari eksternal maupun internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung lebih bersifat wajar dan sederhana. Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang terangsang dari organisme namun sifatnya lebih intens dan mendalam dari perasaan. Menurut Nana Syaodih Sukadinata (2005) perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy-sepoy sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan, karena menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati.
Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Tingkat kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat ditunjukkan melalui reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai dengan usianya. Adalah hal yang wajar bagi seorang anak kecil usia 3-5 tahun, apabila dia merasa kecewa ketika tidak dipenuhi keinginannya untuk dibelikan permen coklat atau mainan anak-anak dan kemudian mengekspresikan emosinya dengan cara menangis dan berguling-guling di lantai. Tetapi, akan menjadi hal yang berbeda, jika hal itu terjadi pada seorang remaja atau dewasa dan jika hal itu benar-benar terjadi maka jelas dia belum menunjukkan kematangan emosinya.
Untuk itu kita sebagai seorang individu harus bisa memelihara emosi kita karena emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kita, emosi akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif seperti pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) yaitu bangkitkan rasa humor, peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi-emosi yang negative, senatiasalah berorientasi kepada kenyataan, dan terakhir dengan mengurangi dan menghilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.





D.    Pengaruh Emosi Terhadap Kecerdasaan Emosional
Emosi dapat mempengaruhi suatu kecerdasan. Karena mosi akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Sebab, ketika seseorang berpikiran negatif perasaan orang tersebut cenderung menjadi negatif. Begitu pula sebaliknya ketika seseorang berpikir positif, perasaan orang tersebut cenderung positif.  Maka dari itu emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertertu.
Ada beberapa faktor kecerdasaan emosional yang dimiliki oleh individu yang akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Faktor-faktor kecerdasan emosional tersebut, yaitu : 1) Mengenali emosi diri, 2) Mengelola emosi, 3) Memotivasi diri sendiri, 4) Mengenali emosi orang lain, 5) Membina hubungan” (Goleman, 2002: 58). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1)     Mengenal Emosi Diri
Mengenali Emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
“Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi” (Goleman, 2007:64).


2)     Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. “Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan” (Goleman, 2007:77).
3)     Memotivasi Diri Sendiri
Memotivasi diri sendiri merupakan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri,dan untuk berkreasi. “Kendali diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cendrung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan” (Goleman, 2007:58).
4)     Mengenal Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa “orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka” (Goleman, 2007: 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa “anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi” (Goleman, 2007: 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
5)     Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan sulit juga memahami keinginan serta kemampuan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. “Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi” (Goleman, 2007:59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi menjadi dua, yaitu :
a.      Faktor internal
Faktor internal adalah apa yag ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dau sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apa bila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencangkup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.
b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosional berlangsung. Faktor eksternal meliputi:
1)     Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distori dan,
2)     Lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belakangi kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatar belakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

E.     Contoh Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Individu
Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu di antaranya sebagai berikut :
1)     Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
2)     Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
3)     Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
4)     Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5)     Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas dalam makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Emosi adalah pengalaman efektif  yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Emosi juga dapat dikatakan sebagai warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Faktor emosi yang mempengaruhi perkembangan individu adalah faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosio-psikologis.
Faktor keturunan dipengaruhi oleh beberapa azas, diantaranya adalah : Azas Reproduksi, Azas Variasi, Azas Regresi Filial, dan Azas Jenis Menyilang.
Faktor-faktor dari pada kecerdasan emosional, yaitu : 1) Mengenali emosi diri, 2) Mengelola emosi, 3) Memotivasi diri sendiri, 4) Mengenali emosi orang lain, 5) Membina hubungan.
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi menjadi dua, yaitu: Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

B.     Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada final dalam menuntut ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu dengan senang hati kritik dan saran dan pandangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini sangat diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar