BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perilaku
merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apa bila
ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan dengan peran manusia sebagai
individu, social, dan berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat
diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, Dan lain sebagainya.
Untuk aktivitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misal : kaki yang satu
diletakkan pada kaki yang lain.
Jika
seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku ia sedang membaca, sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal,
sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia itu sendiri.
Perilaku terdiri dari aktivitas- aktivitas yang berlangsung, baik didalam maupun
diluar. Ada banyak factor yang dapat mempengaruhi perilaku individu antara lain
Keturunan, Lingkungan, Emosi, Persepsi, Motivasi, Belajar dan Intelegensi
Emosi
merupakan warna afektif yang mempengaruhi setiap keadaan atau perilaku
individu. Yang dimaksud warna afektif adalah perasaan-petrasaan tertentu yang
dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertertu. Emosi merupakan sesuatu yang muncul
setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dirumusakan
suatu masalah sebagai berikut :
1.
Apakah
pengertian emosi?
2.
Apa
saja jenis-jenis ungkapan emosi?
3.
Apakah
faktor yang mempengaruhi emosi terhadap perilaku individu ?
4.
Apakah
emosi dapat mempengaruhi kecerdasan emosional individu?
5.
Apakah
contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Ingin
mengetahui apa yang dimaksud dengan emosi dan pengauhnya terhadap perilaku
individu.
2.
Menambah
wawasan penulis tentang pengaruh emosi/perasaan terhadap individu.
3.
Memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Emosi
Perbuatan atau tingkah laku kita sehari-hari pada
umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau
tidak senang. Perasaan senang atau tidak tidak senang yang terlalui menyertai
perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif
kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas
(samara-samar). Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan
menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini
disebut emosi (Sarlito, 1982: 59). Disamping perasaan senang atau tidak senang,
beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut,
cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi
perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas, emosi dan
perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan,
akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat suatu warna afektif dapat
dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi.
Contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita
mendefinisikan emosi, menurut Crow dan Crow (1958) pengertian emosi itu sebagai
berikut : “ an emotion, is an affective experience that accompanies generalized
inner adjustment and mental and physioligicial strirredup states in the
individual, and that shows it self in his overt behavior.” Jadi, emosi adalah
pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.
Emosi dapat bersifat negatif dan dapat juga bersifat
positif. Hal tersebut, tergantung dari situasi yang dihadapi atau dirasakan
oleh individu. Karena sifat positif atau negaatif emosi individu bisa
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu tersebut. Faktor
internal dipengaruhi dari dalam tubuh pribdi individu tersebut. Sedangkan
faktor eksternal dipengaruhi dri luar individu yaitu lingkungan. Dengan
demikian, emosi adalah suatu perasaan (efek) yang mendorong individu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar individu.
Namun kenyataannya dalam kehidupan ini, tidak sedikit
dari kita yang belum bisa mengenal dan mampu memahami emosinya sendiri. Akibat
dari ketidak pahaman tentang emosi menyebabkan tidak bisanya mengelola emosi
tersebut menjadi energi yang positif. Jika kita sebagai individu tahu dan
mengerti pengaruh-pengaruh emosi terhadap dirinya, maka kita akan tahu
bagaimana cara mengelola emosi tersebut. Oleh karena itu, perlunya kita
mengenal bentuk, ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi emosi terhadap individu.
Karena dengan emosi akan terermin perilaku baik atau buruknya individu dalam
lingkungn. Maka dari itu Atkinson (1983 : 45 ) membedadak emosi hanya 2 jenis
yakni emosi yang menyenangkan dan emosi tidak meyenangkan. Sedangkan Martin
(2003 : 26 ) menyatkan bahwa emosi dapat dikatak baik atau buruknya tergantung
pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang
berhubungan.
B.
Jenis
Ungkapan Emosi
Setiap orang memiliki pola emosi yang berbeda. pada
umumnya jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang,
gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaan yang terlihat terletak pada macam dan derajat
rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang
dilakukan individu terhadap ungkapan emosi
tersebut.
1.
Cinta/kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan adalah kapasitasnya untuk
mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain.
Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk
memberinya.
Tidak ada manusia yang dapat hidup bahagia dan sehat
tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima
cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu terkadang
disembunyikan secara rapi.
Para individu yang berontak secara terang-terangan,
nakal, dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari. (Sunarto, 2002:152). Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika
seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua,
teman dan orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit untuk dipuaskan pada
suasana yang mobilitas tinggi. Kebutuhan akan kasih sayang dapat dipuaskan
melalui hubungan yang akrab dengan yang lain.
Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara
mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasan
kebutuhan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional (Yusuf
, 2005:206)
2.
Gembira dan bahagia
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya
berlangsung dengan baik dan individu akan mengalami kegembiraan jika ia
diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu
mandapat sambutan oleh yang dicintai.
Perasaan
bahagia ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul
karena individu mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses
dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari
terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.
3.
Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa
kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha individu untuk mencapai
dan memiliki kebebasan sebagai soerang pribadi yang mandiri. Rasa marah
merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang
menonjolkan dalam perkembangan kepribadian.
4.
Ketakutan dan
Kecemasan
Menjelang individu mencapai remaja, dia telah mengalami
serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan
dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi,
tetapi banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul
karena adanya kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan
individu itu sendiri.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa
takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu
takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan
yang tidak menentu.
Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua akan
menyebabkan seseorang tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang
penakut, apatis, dan penggugup. Selanjutnya sikap apatis yang ditimbulkan oleh
otoriter orang tua akan mengakibatkannya menjadi individu yang pendiam,
memencilkan diri, tak sanggunp bergaul dengan orang lain (Willis, 2005:57)
5.
Frustasi dan Dukacita
Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami
hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, terutama bila hambatan tersebut
muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan
rendah diri.
Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak
terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan
sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu
yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang
cukup serius hingga depresi.
C.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Emosi
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
perkembangan individu adalah faktor lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-psikologis. Faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutkan sebagai
empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai
mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Melalui lingkungan bisa membentuk individu
sebagai makhuk sosial, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan
sebaga makhluk sosial untuk saling berinteraksi dan bergaul satu dengan yang
lainnya.
Disamping itu lingkungan dapat pula membentuk wajah
budaya bagi individu. Lingkungan dengan keanekaragaman dan kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam.
Kemudian suatu individu juga dipengaruhi oleh faktor
keturunan yang merupakan pembawaan sejak lahir. Berbeda dengan faktor
lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cendrung bersifat kodrati yang sulit untuk
di modifikasi. Seberapa kuat pengaruh keturunan sangat bergantung pada besarnya
kualitas dari gen yang dimiliki oleh orang tuanya. Dalam faktor keturunan
berlaku beberapa asas yang mendasari pemikiran dari faktor keturunan tersebut.
Pertama Asas Reproduksi yang berpendapat bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri
perilaku yang diturunkan orang tua kepada anaknya hanyalah bersifat reproduksi,
yaitu memunculkan kembali mengenai apa yang sudah ada pada hasil perpaduan
benih saja, dan bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang diperolehnya
melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi dengan lingkungannya, kedua Asas
Variasi yang berpendapat bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua kepada
anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya.
Ketiga Asas Regresi Filial berpendapat bahwa terjadi pensurutan sifat atau ciri
perilaku dari kedua orangtua pada anaknya yang disebabkan oleh gaya
tarik-menarik dalam perpaduan pembawaan ayah dan ibunya, sehingga akan didapati
sebagian kecil dari sifat-sifat ayahnya dan sebagian kecil pula dari
sifat-sifat ibunya. Keempat Asas Jenis Menyilang menurut asas ini bahwa apa
yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai
sasaran menyilang jenis. Dan terakhir yaitu Asas konformitas yaitu bahwa
seorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku
yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.
Sesudah membahas individu dari segi faktor yang
mempengaruhinya kini waktunya untuk membahas emosional dari suatu individu.
Emosional dari suatu individu memiliki beberapa ciri yaitu lebih bersifat
subyektif daripada peristiwa psikologis lainnnya seperti pengamatan dan
berfikir, kemudian bersifat fluktuatif atau tidak tetap, dan banyak bersangkut
paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif. Emosi
diekspresikan dalam perilaku, emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan
dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa.
Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan.
Perasaan dan emosi pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak
bisa dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi.
Perasaan merupakan pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh rangsangan
dari eksternal maupun internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung lebih
bersifat wajar dan sederhana. Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang
terangsang dari organisme namun sifatnya lebih intens dan mendalam dari
perasaan. Menurut Nana Syaodih Sukadinata (2005) perasaan menunjukkan suasana
batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan
angin sepoy-sepoy sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih
dinamis, bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan,
karena menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati.
Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing
yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada
individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang
tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang
atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung
menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Tingkat
kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat ditunjukkan melalui
reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai dengan usianya. Adalah
hal yang wajar bagi seorang anak kecil usia 3-5 tahun, apabila dia merasa
kecewa ketika tidak dipenuhi keinginannya untuk dibelikan permen coklat atau
mainan anak-anak dan kemudian mengekspresikan emosinya dengan cara menangis dan
berguling-guling di lantai. Tetapi, akan menjadi hal yang berbeda, jika hal itu
terjadi pada seorang remaja atau dewasa dan jika hal itu benar-benar terjadi
maka jelas dia belum menunjukkan kematangan emosinya.
Untuk itu kita sebagai seorang individu harus bisa
memelihara emosi kita karena emosi sangat memegang peranan penting dalam
kehidupan kita, emosi akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta
penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya.
Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga, maka individu perlu
melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif
seperti pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) yaitu
bangkitkan rasa humor, peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah
emosi-emosi yang negative, senatiasalah berorientasi kepada kenyataan, dan
terakhir dengan mengurangi dan menghilangkan emosi yang negatif. Apabila
individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya
untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut,
pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan
perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.
D.
Pengaruh
Emosi Terhadap Kecerdasaan Emosional
Emosi dapat mempengaruhi suatu kecerdasan. Karena mosi
akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Sebab, ketika seseorang
berpikiran negatif perasaan orang tersebut cenderung menjadi negatif. Begitu
pula sebaliknya ketika seseorang berpikir positif, perasaan orang tersebut
cenderung positif. Maka dari itu emosi merupakan warna afektif yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif
adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertertu.
Ada beberapa faktor kecerdasaan emosional yang
dimiliki oleh individu yang akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Faktor-faktor kecerdasan emosional tersebut, yaitu : 1) Mengenali emosi diri,
2) Mengelola emosi, 3) Memotivasi diri sendiri, 4) Mengenali emosi orang lain,
5) Membina hubungan” (Goleman, 2002: 58). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
1)
Mengenal
Emosi Diri
Mengenali Emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan
dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri
sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
“Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap
suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka
individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah
satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
menguasai emosi” (Goleman, 2007:64).
2)
Mengelola
Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga
tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan
tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. “Emosi berlebihan,
yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan” (Goleman, 2007:77).
3)
Memotivasi
Diri Sendiri
Memotivasi diri sendiri merupakan menata emosi sebagai
alat untuk mencapai tujuan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi
perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri,dan untuk
berkreasi. “Kendali diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Dan mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang
tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cendrung
jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan”
(Goleman, 2007:58).
4)
Mengenal
Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut
juga empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati
lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan
apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
“orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih
peka” (Goleman, 2007: 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa
“anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan
terus menerus merasa frustasi” (Goleman, 2007: 172). Seseorang yang mampu
membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin
mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya
sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang
lain.
5)
Membina
Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar
pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkan dan sulit juga memahami keinginan serta kemampuan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. “Orang berhasil dalam pergaulan
karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini
populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi” (Goleman, 2007:59). Ramah tamah, baik hati, hormat
dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu
membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang
dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil
komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional
sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Faktor
internal
Faktor internal adalah apa yag ada dalam diri individu
yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dau sumber
yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan
kesehatan individu, apa bila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu
dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis
mencangkup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.
b.
Faktor
eksternal
Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana
kecerdasan emosional berlangsung. Faktor eksternal meliputi:
1)
Stimulus
itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengruhi
keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distori dan,
2)
Lingkungan
atau situasi khususnya yang melatar belakangi kecerdasan emosi. Objek
lingkungan yang melatar belakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit
dipisahkan.
E.
Contoh
Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Individu
Dibawah ini
adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu di
antaranya sebagai berikut :
1)
Memperkuat semangat, apabila orang
merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
2)
Melemahkan semangat, apabila timbul
rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya
rasa putus asa (frustasi).
3)
Menghambat atau mengganggu
konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga
menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
4)
Terganggu penyesuaian social,
apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5)
Suasana emosional yang diterima dan
dialami individu semasa kecilnya akan mempengarui sikapnya dikemudian hari,
baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas dalam makalah ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Emosi adalah pengalaman efektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Emosi juga dapat dikatakan sebagai
warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Faktor emosi yang mempengaruhi perkembangan individu
adalah faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosio-psikologis.
Faktor keturunan dipengaruhi oleh beberapa azas,
diantaranya adalah : Azas Reproduksi, Azas Variasi, Azas Regresi Filial, dan
Azas Jenis Menyilang.
Faktor-faktor dari pada kecerdasan emosional, yaitu :
1) Mengenali emosi diri, 2) Mengelola emosi, 3) Memotivasi diri sendiri, 4)
Mengenali emosi orang lain, 5) Membina hubungan.
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
dibagi menjadi dua, yaitu: Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
B.
Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan makalah ini.
Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada final
dalam menuntut ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, untuk itu dengan senang hati kritik dan saran dan
pandangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini sangat
diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar