Rabu, 01 Februari 2017

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN - HEMOPHOBIA (PHOBIA DARAH)



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam  keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek  fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift, kecelakaan dan lain sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali  orang  tersebut   dengan  sumber  fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi tersebut.

Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek-subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat.
Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif.  Fobia merupakan salah satu dari jenis-jenis hambatan sukses lainnya.
Beberapa jenis phobia dapat disembuhkan dengan berbagai cara salah satunya dengan terapi. Namun demikian, semua tergantung dengan penderita phobia itu sendiri. Adapula yang sembuh sendirinya seiring bertabahnya usia.







B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian phobia?
2.      Apa itu hemophobia?
3.      Apa penyebab hemophobia?
4.      Apa gejala-gejala hemophobia?
5.      Bagaimana penanganan penderita hemophobia?
6.      Bagaimana contoh kasus hemophobia yang ada dimasyarakat?

C. TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan  Umum
Untuk melengkapi tugas mata kuliah psikologi kesehatan yang diberikan dosen pengajar kepada penulis.
2.      Tujuan Khusus
a.      Mengetahui apa itu phobia.
b.      Mengetahui jenis-jenis phobia.
c.      Mengetahui lebih spesifik apa itu homophobia.
d.      Mengetahui penyebab phobia.
e.      Mengetahui gejala-gejala phobia.
f.       Mengetahui cara penanganan penderita phobia.
g.      Mengetahui salah satu contoh kasus homophobia.

D. MANFAAT PENULISAN
                     Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat lebih mengetahui dan memahami lebih detail tentang apa itu homophobia, jenis-jenis, gejala-gejala, penanganan, serta contoh kasus homophobia yang ada di masyarakat.















BAB. II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PHOBIA
Kata phobia bukanlah lagi sebuah istilah yang asing dikalangan masyarakat seperti di Indonesia, bahkan kata phobia sudah menjadi bahasa pergaulan sehari-hari. Namun seringkali seseorang dengan mudah menyebut orang lain ataupun dirinya sendiri phobia,  jika orang tersebut memiliki rasa takut terhadap sesuatu sehingga kata-kata phobia menjadi populer di pergaulan kita sehari-hari. Namun apakah pengertian akan rasa takut yang dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya itu merupakan makna sebenarnya dari phobia itu sendiri?
Lalu, apakah jika seseorang takut ketika melihat ular lalu kita dapat menyebut orang itu phobia ular? Dan apakah jika seseorang yang jijik ketika melihat seekor kecoa lalu kita dapat menyebut orang  itu mengalami phobia kecoa? Tapi penulis yakin semua orang takut  pasti akan merasa takut jika bertemu dengan ular liar yang berbisa, ya kecuali pawang ular.


Sebelum membahas lebih dalam mengenai phobia akan dijelaskan  terlebih dahulu definisi dari rasa takut. Rasa takut sediri adalah suatu bentuk respon yang secara biologis merupakan mekanisme perlindungan bagi seseorang pada saat menghadapi bahaya. Ketakutan adalah emosi yang umumnya muncul pada saat seseorang menghadapi suatu hal yang berpotensi dapat membuat seseorang merasa dalam bahaya.
Namun dilain pihak, ketakutan itu sendiri merupakan sebuah tanda peringatan bagi seseorang untuk menyadari bahwa ada suatu hal yang dapat mengancam hidupnya sehingga seseorang akan cenderung untuk berhenti melihat, menyentuh, mendengar, mencium atau apapun itu terkait dengan penginderaan sehingga sumber rasa takut tersebut tidak lagi dirasakan.
Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi situasi yang menakutkan.  Sebagai contoh ada orang yang tidak takut pada anjing bahkan ketika anjing tersebut menggonggong. Tapi ada orang lain yang takut terhadap gonggongan anjing atau bahkan hanya dengan melihat seekor anjing orang tersebut dapat merasa takut.

Ada orang lain yang benar-benar takut mendengar halilintar,  sedang ada orang lain yang tidak.  Namun adalah hal normal pada saat menghadapi bahaya tertentu seseorang merasakan takut dan tingkat ketakutan seseorang umumnya berbanding lurus dengan besar-kecilnya bahaya yang dihadapi.
Rasa takut yang sedemikian hebat namun tidak sebanding dengan penyebabnya inilah yang kita sebut dengan  phobia. Sebagai contoh, hanya dengan melihat seekor kecoa seseorang lalu seseorang dapat menjerit dengan histerisnya dan berpikir bahwa kecoa tersebut akan memakannya atau berpikir mengenai apapun itu yang tentunya diluar akal sehat kita. Dalam dunia psikologi rasa takut seperti ini disebut sebagai kecemasan neurotik.
Menurut  Freud, kecemasan neurotik adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui (Feist 1, 2011:38). Rollo May mendefinisikan kecemasan neurotik sebagai “reaksi yang tidak tepat atas suatu ancaman, meliputi represi dan bentuk-bentuk lain dari konflik intrapsikis, yang dikelola oleh bermacam bentuk pemblokiran aktivitas dan kesadaran (Feist 2, 2011:53).


Secara harafiah, kata phobia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni phobos yang berarti lari, takut, panik, atau takut yang terasa sangat hebat. Istilah ini memang sudah dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia juga didefinisikan sebagai kecemasan neurotik yang tidak rasional terhadap sesuatu atau situasi yang sebenarnya tidak menakutkan namun menyebabkan seseorang untuk menghindarinya karena dianggap sesuatu atau situasi tersebut dapat mengancam hidupnya.  Phobia juga menyebabkan tekanan secara fisik dan psikologis dan dapat berdampak pada kemampuan seseorang untuk dapat beraktifitas secara normal.
Phobia merupakan suatu mekanisme pelarian diri dari konflik-konflik bathiniah dari jiwa seseorang. Mungkin ada sekitar 80 atau bahkan 100 macam phobia yang dikenal orang sekarang. Phobia- phobia itu menyebabkan timbulnya ketakutan yang absurd dan tak masuk akal. Biasanya phobia-phobia tersebut berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang terpendam, yang ditekan dalam-dalam dan dilupakan.



Ada berbagai macam-macam phobia, mulai dari phobia terhadap kecoa; ular; laba-laba; tempat gelap; tempat sempit; maupun tempat ramai, namun demikian berdasarkan buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) phobia dikelompokan kedalam 3 kategori, yakni:
1)     Phobia sederhana atau spesifik
Phobia sederhana atau spesifik adalah phobia terhadap suatu obyek atau keadaan tertentu seperti pada  binatang, tempat tertutup, ketinggian, darah dan lain lain.
2)     Phobia social
Phobia social adalah phobia terhadap pemaparan situasi sosial  seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.
3)     Phobia kompleks
Phobia kompleks adalah phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum atau mall, dan orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.



Begitu banyak pendapat tentang fobia, dapat disimpulkan bahwa fobia adalah suatu bentuk rasa takut yang :
·  Tidak sesuai dengan keadaan lingkungan.
·  Tidak dapat diterangkan atau dijelaskan.
·  Yang khas, yang tidak masuk akal.
·  Tidak dapat diatasi walaupun disadari penderita.
·  Rasa takut secara umum timbul sebagai interaksi dari 3 faktor berikut ini:
·  Secara biologik ditentukan sejak lahir.
·  Bergantung pada proses maturasi.
·  Rasa takut yang berasal dari pembelajaran seseorang dan lingkungan sosial.
·  Rasa takut yang spesifik dapat disebabkan antara lain:
1. pengaruh filogenetik
2. pengaruh keturunan
3. kepribadian
4. pengaruh budaya dan daerah (adat istiadat)
5. trauma dan tekanan


Suatu trauma yang mendadak sering disertai fobia dari benda yang ada hubungannya dengan peristiwa itu. Trauma dapat berupa psikologis atau fisik. Fobia juga mulai setelah adanya tekanan yang umum dalam kehidupan. Sekali fobia telah terjangkit, maka dapat menjalar ke pancaindera lainnya.

B. HEMOPHOBIA
Darah tentunya merupakan bagian dari tubuh manusia yang juga penting untuk kelangsungan hidup manusia, selain organ-organ tubuh manusia lainnya. Secara garis besar darah terdiri dari dua yaitu sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan sel darah putih yang berfungsi untuk antibodi, melindungi dari infeksi virus, dan bakteri serta jamur. Akan tetapi ada pula yang takut atau phobia melihat darah. Bahkan saking takutnya, orang tersebut dapat pingsan ketika melihat darah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Isaac Marks dari Institute of Psychiatry di London menyimpulkan Sekitar 30 persen anak-anak takut melihat darah. Ketakutan ini pada akhirnya berlanjut hingga usia dewasa. Rasa trauma yang mendalam ini mengakibatkan rata-rata 15 persen orang dewasa merasa takut menyumbangkan darah.
Merasa lemah saat melihat darah umumnya berasal dari reaksi berlebihan dari respon vasovagal.  Respon vasovagal terjadi karena melambatnya jantung dan pelebaran arteri sehingga tekanan darah melambat dan darah turun ke kaki. Akhirnya otak kekurangan darah yang kaya oksigen dan menyebabkan orang merasa pusing dan bahkanberakhir pada pingsan. Hal ini merupakan sebuah refleks rasa takut yang evolusioner yang menjadi mekanisme bertahan hidup manusia.
Mekanisme bertahan hidup ini baik bila, katakanlah anda perlu berpura-pura mati di hadapan satu predator. Situasi inilah yang mungkin menjadi awal dari mekanisme ini dan jika anda berdarah, detak jantung yang melambat mungkin menolong mencegah kehilangan terlalu banyak darah. Tapi dalam kebanyakan kasus, demikian tulis Popular Science yang inagurasi kutip dari apakabardunia, mekanisme ini justru menjadi sebuah gangguan bagi beberapa orang lainnya.




Seseorang yang mengalami rasa takut berlebih atau phobia darah disebut sebagai hematophobia atau hemophobia. Hemophobia berasal dari 2 kata yaitu hemo yang berarti darah, dan phobia yang berarti rasa takut yang tidak masuk akal terhadap sesuatu atau situasi tertentu. Bagi Anda yang memiliki cita-cita untuk memiliki karir di bidang medis, tentunya akan mengganggu jika Anda memiliki phobia terhadap darah atau merupakan seorang hemophobia.
Melawan phobia terampuh adalah dengan menjadikannya hal yang biasa. Jadi, semakin sering orang melihat darah atau memikirkan darah, semakin berkurang rasa jijik tersebut. Demikian kata Alan Manevitz, seorang psikiater di Weill Cornell Medical Center di New York yang inagurasi kutip dari apakabardunia. Akan tetapi, bagi yang memiliki phobia spesifik dalam hal ini terhadap Phobia darah dan tetap tidak dapat mengatasi rasa takutnya terhadap darah, maka disarankan untuk berkonsultasi pada dokter ahli dan mengikuti terapi sehingga masalah hematophobia Anda dapat diatasi dengan baik dan tepat.



Hemophobia adalah suatu rasa takut yang dialami oleh seseorang jika dirinya melihat darah ataupun hal yang terkait dengan itu. Rasa takut melihat darah ini teramat sangat, disamping itu, seseorang yang menderita fobia darah juga menunjukkan tanda-tanda kegelisahan dan bahkan terkesan dirinya seperti diteror.
Tidak hanya takut melihat darah secara langsung, orang tersebut juga takut jika melihat gambar dan film di mana terdapat darah atau pertumpahan darah. Gejala fisik fobia dapat berupa penurunan pada detak jantung yang abnormal, menurunnya tekanan darah, telapak tangan dan kaki yang dingin dan berkeringat, mual, dsb.
Di antara semua cairan tubuh, darah selalu memegang posisi yang penting. Darah diyakini sebagai pembawa kekuatan hidup dan vitalitas. Dengan demikian, kehilangan darah sering dianggap sebagai hilangnya sebagian vitalitas dan kekuatan hidup.  Dalam beberapa kebudayaan kuno, darah dikaitkan dengan dunia sihir. Oleh karena itu, darah memiliki arti positif dan negatif dalam budaya-budaya tersebut dan dianggap sebagai sesuatu yang misterius dan ajaib. Fakta bahwa manusia takut apa yang dia tidak mengerti adalah kebenaran aksiomatis.


C. PENYEBAB HEMOPHOBIA
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia,  atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan.  Misalnya,  mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali.
Perlu kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi penerus yang berkualitas.



Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.
Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan.
Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.


Pada kasus hemophobia ini penyebabnya dapat terjadi secara langsung, seperti pengalaman pribadi yang menimbulkan pendarahan seperti kecelakaan medis atau prosedur pengambilan darah seperti suntikan, transfusi darah, dan sejenisnya. Namun, juga bisa terjadi secara tidak langsung, seperti melihat orang lain kecelakaan dan mengeluarkan darah.

D. GEJALA HEMOPHOBIA
            Secara umum penderita phobia mengalami gejala-gejala yang hampir sama terhadap phobia yang diderita masing-masing. Dalam kasus homophobia terdapat beberapa gejala yang biasa dialami penderita homophobia. Berikut adalah beberapa gejala yang terjadi pada seorang penderita hemophobia:
·  Rasa gelisah yang tidak terkontrol ketika melihat darah.
·  Melakukan segala cara untuk menghindari sesuatu yang berhubungan dengan darah.
·  Tidak mampu beraktifitas normal saat gelisa atau cemas ketika melihat banyak darah.
·  Seringkali timbul rasa takut tidak masuk akal dan berlebihan ketika melihat darah atau yang berhubungan dengan darah.
·  Berkeringat ketika melihat darah.
·  Detak jantung cepat ketika melihat darah.
·  Sulit bernapas ketika melihat darah.
·  Dada terasa sakit ketika melihat darah.
·  Merasa sakit ketika melihat darah.
·  Gemetar ketika melihat darah.
·  Pusing ketika melihat darah.
·  Badan terasa lemas ketika melihat darah.
·  Terasa mual ketika melihat darah.
·  Jantung berdebar kencang
·  Kesulitan mengatur napas
·  Wajah memerah dan berkeringat

E. PENANGANAN PENDERITA HEMOPHOBIA
Orang-orang yang mengalami rasa takut berlebihan melihat darah disebut hemophobia. Hemophobia ini dapat terjadi secara langsung, seperti pengalaman pribadi yang menimbulkan pendarahan seperti kecelakaan medis atau prosedur pengambilan darah seperti suntikan, transfusi darah, dan sejenisnya. Namun, juga bisa terjadi secara tidak langsung, seperti melihat orang lain kecelakaan dan mengeluarkan darah.
Phobia memang kerapkali muncul dari rasa trauma di masa lalu terhadap sesuatu yang memunculkan sugesti hingga ketakutan tersebut menjadi berlebihan. Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Bagaimana cara mengatasinya, apalagi bagi mereka yang bercita-cita kerja di bidang medis? Melawan phobia terampuh adalah dengan menjadikannya hal yang biasa. Jadi, semakin sering orang melihat darah atau memikirkan darah, semakin berkurang rasa jijik tersebut. Demikian kata Alan Manevitz, seorang psikiater di Weill Cornell Medical Center di New York.
Hemophobia adalah kondisi klinis yang dapat diobati dan dapat berhasil diatasi dengan bantuan media psikoterapi seperti perilaku kognitif, perawatan desensitasi dan kecemasan. Hipnoterapijuga membawa dampak positif yang sangat efektif untuk mengatasi homophobia atau rasa takut akan darah.
langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mengatasi homophobia atau rasa takut akan darah ini adalah dengan menyakinkan diri sendiri bahwa darah hanyalah cairan yang ada didalam tubuh. Darah bahkan juga mengalir dalam pembuluh darah kita dan tidak ada sisi negative sama sekali tentang hal itu.
Sama halnya dengan air yang mengalir keluar dari tempat air, jika tempat air pecah, darah akan mengalir keluar ketika kulit atau daging terkoyak karena mengalami cedera atau selama proses pembedahan. Darah membawa nutrisi ke seluruh bagian tubuh dan membantu dalam mengantar oksigen ke berbagai bagian-bagian tubuh serta membawa limbah dan karbondioksida dari tubuh. Belajarlah untuk melihat darah dengan cara yang positif, ilmiah, dan realistis.
Pada beberapa kasus, phobia spesifik seperti halnya hemophobia - memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap objek yang spesifik -  harus diatasi dengan mengikuti terapi dan konsultasi pada dokter ahli. Beberapa teknik penyembuhan bagi penderita homophobia diantaranya sebagai berikut:
a. Terapi berbicara
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
·        Hypnotheraphy: Penderita hemophobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia atau ketakutannya terhadap darah. Dibanding metode psikoterapi yang lain, hipnoterapi merupakan metode yang paling cepat dalam menyembuhkan fobia. Sebagian besar fobia bisa disembuhkan dalam waktu satu jam saja. Kesembuhan tersebut pun bertahan lama atau permanen.

b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation)
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
beberapa jenis terapi ini yaitu :
·        Flooding : Si penderita phobia yang takut kepada darah (hemophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan berbagai hal yang berhubungan dengan darah juga darah itu sendiri, sampai ia tidak ketakutan lagi.
·        Desensitisasi Sistematis : Si penderita phobia yang takut pada darah dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang apa saja yang menampilkan hal-hal berkaitan dengan darah ataupun darah itu sendiri, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang secara langsung hingga phobianya hilang.
·        Abreaksi : Penderita phobia dibuat untuk terus-menerus melakukan interaksi dengan darah sungguhan, hingga akhirnya si penderita merasa perlahan-lahan pemahamannya mengenai darah mulai berubah. Intinya dalam teknik ini adalah membuat si penderita merasa jenuh melihat sumber ketakutannya.
·        Reframing : Penderita phobia disuruh membayangkan kembali masa lampaunya saat permulaan si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.
·        Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy-CBT). Dalam CBT digunakan tiga teknik ini untuk mencapai tujuan:
Ø  Didactic component: Pada tahap ini terapis berperan dalam membantu  penderita/klien untuk menyusun pemikiran-pemikiran dan harapan positif untuk tujuan akhir terapi.
Ø  Cognitive component: Membantu mengidentifikasi pikiran dan asumsi yang mempengaruhi perilaku penderita phobia, khususnya yang dapat mempengaruhi mereka hingga menjadi phobia.
Ø  Behavioral component: Memodifikasi perilaku penderita phobia agar dapat menunjukkan perilaku yang lebih sesuai ketika harus menghadapi sumber phobia.

c. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia,  karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan. Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu:
1. Antidepresan : obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia).
2. Obat penenang : biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.

3. Beta-blocker : obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan.

F. CONTOH KASUS HEMOPHOBIA
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Isaac Marks dari Institute of Psychiatry di London menyimpulkan Sekitar 30 persen anak-anak takut melihat darah. Ketakutan ini pada akhirnya berlanjut hingga usia dewasa. Rasa trauma yang mendalam ini mengakibatkan rata-rata 15 persen orang dewasa merasa takut menyumbangkan darah.
Merasa lemah saat melihat darah umumnya berasal dari reaksi berlebihan dari respon vasovagal.  Respon vasovagal terjadi karena melambatnya jantung dan pelebaran arteri sehingga tekanan darah melambat dan darah turun ke kaki. Akhirnya otak kekurangan darah yang kaya oksigen dan menyebabkan orang merasa pusing dan bahkan pingsan. Hal ini merupakan sebuah refleks rasa takut yang evolusioner yang menjadi mekanisme bertahan hidup manusia.


Mekanisme bertahan hidup ini baik bila, katakanlah Anda perlu berpura-pura mati di hadapan satu predator. Situasi inilah yang mungkin menjadi awal dari mekanisme ini. Dan jika Anda berdarah, detak jantung yang melambat mungkin menolong mencegah kehilangan terlalu banyak darah. Tapi dalam kebanyakan kasus, demikian tulis Popular Science, mekanisme ini justru menjadi sebuah gangguan.
Difanty Meza, seorang wanita 21 tahun kelahiran Bandung, Jawa Barat adalah merupakan salah satu contoh penderita homophobia yang ada dimasyarakat. Menurut pengakuan mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia ini, Ia akan tiba-tiba berkeringat dingin, mual dan gemetar setiap kali melihat darah. Bahkan sering kali terjadi bila ketakutannya terlalu besar, ia bisa saja pingsan. Terlebih lagi yang membuatnya seperti ini bukan darah yang hanya menggenang atau ada tanpa sebab, tapi darah yang timbul dari luka, baik dari luka sekecil apapun, baik itu darah yang dilihat secara langsung maupun dari gambar.
Ketakutannya ini mulai dirasakan awalnya ketika duduk di bangku SMP kelas 2. Menurut pemaparannya, saat itu ia sedang berada di laboratorium biologi, ketika itu jari Difa sedikit tersayat oleh silet dan ketika ia melihat ada darah keluar dari jarinya, secara sponyan ia langsung merasa pusing, berkeringat, terasa lemas, dan sepertinya sangat pucat serta badan terasa dingin. Namun disisi lain, Difa merupakan aktivis PMR yang sering sekali melihat darah, maupun tragedy kecelakaan tragis yang menyebabkan korban mengalami pendarahan hebat namun tidak pernah merasakan seperti halnya ketika ia melihat darah yang keluar dari luka.
Munurut Difa, ia mendapatkan trauma darah atau yang bisa kita sebut dengan homophobia, ini merupakan turunan dari sang Ibu. Dari cerita Difa Ibunya juga adalah seorang penderita homophobia sejak kecil. Ibu Difa juga akan merasakan hal yang sama seperti Difa ketika melihat darah yang keluar dari luka yang kecil maupun yang besar, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Dari kasus Difa, dapat kita simpulkan bahwa Difa merupakan penderita homophobia yang mendapatkan phobianya bukan dari trauma mendalam dimasa kecilnya, namun karena faktor turunan dari orang tuanya yaitu ibu. Difa juga mempunyai spesifikasi phobia terhadap darah yaitu, tidak kepada semua darah atau yang berhubungan dengan darah ia merasa takut, melainkan hanya pada darah yang timbul atau yang keluar dari luka seseorang ataupun dirinya sendiri.

BAB. III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Phobia didefinisikan sebagai kecemasan neurotik yang tidak rasional terhadap sesuatu atau situasi yang sebenarnya tidak menakutkan namun menyebabkan seseorang untuk menghindarinya karena dianggap sesuatu atau situasi tersebut dapat mengancam hidupnya.  Phobia juga menyebabkan tekanan secara fisik dan psikologis dan dapat berdampak pada kemampuan seseorang untuk dapat beraktifitas secara normal. Phobia merupakan suatu mekanisme pelarian diri dari konflik-konflik bathiniah dari jiwa seseorang.
Hemophobia adalah suatu rasa takut yang dialami oleh seseorang jika dirinya melihat darah ataupun hal yang terkait dengan itu. Rasa takut melihat darah ini teramat sangat, disamping itu, seseorang yang menderita fobia darah juga menunjukkan tanda-tanda kegelisahan dan bahkan terkesan dirinya seperti diteror. Tidak hanya takut melihat darah secara langsung, orang tersebut juga takut jika melihat gambar dan film di mana terdapat darah atau pertumpahan darah.
Hemophobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia. Selain itu phobia juga dapat disebabkan factor genetic yaitu merupakan keturanan dari orang tua baik ayah maupu ibu.
Secara umum penderita hemophobia mengalami gejala-gejala yang hampir sama terhadap phobia terhadap sesuatu atau situasi yang lain. Rasa gelisah yang tidak terkontrol akan phobianya, tidak mampu beraktifitas normal, berkeringat, detak jantung cepat, sulit bernapas, dada terasa sakit, gemetar, pusing, terasa mual dan lain sebaganya.
Hemophobia adalah kondisi klinis yang dapat diobati dan dapat berhasil diatasi dengan bantuan media psikoterapi seperti perilaku kognitif, perawatan desensitasi dan kecemasan. Beberapa teknik penyembuhan bagi penderita homophobia diantaranya yaitu terapi berbicara, terapi pemaparan diri (Desensitisation), juga bisa dengan terapi menggunakan obat-obatan.


B. Saran
Setelah mempelajari makalah ini di harapkan pembaca dapat lebih memahami tentang gangguan psikologi khususnya hemophobia. Bagaimana mengatahui gejala-gejala seseorang yang menderita hemophobia serta mengetahui cara untuk membantu penderita hemophobia agar bisa sembuh dari phobianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar