BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di
muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan
jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit
dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk
tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun, juga dengan sesamanya. Tetapi,
bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah
berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah
menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah
puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan
tentang dirinya sendiri dan sesamanya.
Sekian
banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua
upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap
memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa
kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang
manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu
lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan
ini.
Psikologi
kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian
merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi.
Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki
kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan
untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
Secara
sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan
sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola-pola
pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan
kebiasaan umum. Dari situ lah timbul yang
namanya pengetahuan, Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis
dengan memperhitungkan sebab-akibat dan dapat untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan
dalam memahami manusia. Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam
memahami kepribadian dan watak manusia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan psikologi kepribadian?
2. Apa
ciri-ciri kepribadian?
3. Apa
saja faktor yang mempengaruhi kepribadian?
4. Apa
saja unsur kepribadian?
5. Bagaimana
tahap perkembangan kepribadian?
C.
Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini memiliki beragam tujuan yang ingin dicapai baik untuk penulis
maupun pembaca. Tujuan tersebut antara lain :
1. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pengertian dari psikologi kepribadian.
2. Untuk
mengetahui dan memahami tentang ciri-ciri kepribadian yang sehat dan yang tidak
sehat.
3. Untuk
mengetahui dan memahami tentang faktor apa saja yang mempengaruhi kepribadian.
4. Untuk
mengetahui dan memahami tentang unsur-unsur dari kepribadian.
5. Untuk
mengetahui dan memahami tentang bagaimana tahapan perkembangan kepribadian.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat di susunya makalah ini untuk mahasiswa yaitu:
1.
Sebagai bahan tambahan
pembelajaran mata kuliah psikologi kesehatan.
2.
Untuk menambah pengetahuan tentang
apa itu kepribadian, ciri-cirinya, faktor yang mempengaruhi, unsur-unsur dari
kepribadian dan bagaimana tahapan perkembangan kepribadian.
E.
Metode Penulisan
Makalah ini di susun menggunakan metode pustaka di mana sumber data-data
di peroleh dalam pembahasan makalah ini didapatkan dari buku maupun internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadian
Kepribadian
adalah ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan
kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang dimaksudkan adalah
bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara
lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa
individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu –
individu. ( Koetjaraningrat, 1985:102).
Kepribadian
paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukkan oleh seseorang. Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan
yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi
fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan
dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu
yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk
menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian
yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud,
teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler,
Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari
Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons
dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara
itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang
di dalamnya mencakup :
·
Karakter yaitu
konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
·
Temperamen yaitu
disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan
yang datang dari lingkungan.
·
Sikap; sambutan
terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
·
Stabilitas emosi yaitu
kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti
mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.
·
Responsibilitas
(tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
·
Sosiabilitas yaitu
disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat
pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain.
Selain itu
ada beberapa pengertian lain tentang kepribadian yang dikemukakan para ahli, antara lain sebagai berikut :
1.
Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan
perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
2.
Menurut M.A.W Bouwer kepribadian adalah corak
tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini
dan sikap-sikap seseorang.
3.
Menurut Cuber kepribadian adalah gabungan
keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
4.
Menurut Theodore R. Newcombe kepribadian
adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
5.
Menurut Horton Kepribadian
adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap
perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika
di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku
yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
6.
Menurut Schever Dan Lamm mendefinisikan kepribadian sebagai
keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola
berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan
pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten
dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
7.
Menurut Roucek dan Warren Kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku
seseorang.
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di
atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian
(personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau
tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola pemikiran dan perasaan, konsep
diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
B.
Ciri-ciri Kepribadian
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari
yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal
ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang
sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
a.
Kepribadian yang sehat
·
Mampu menilai diri sendiri secara
realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya,
secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
·
Mampu menilai situasi secara
realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya
secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
·
Mampu menilai prestasi yang diperoleh
secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya
secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority
complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika
mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan
sikap optimistik.
·
Menerima tanggung jawab; dia
mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah
kehidupan yang dihadapinya.
·
Kemandirian; memiliki sifat
mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.
·
Dapat mengontrol emosi; merasa
nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau
stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak).
·
Berorientasi tujuan; dapat
merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan
pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan
berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan),
pengetahuan dan keterampilan.
·
Berorientasi keluar (ekstrovert);
bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap
situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan
terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk
menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
·
Penerimaan sosial; mau
berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain.
·
Memiliki filsafat hidup;
mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan
agama yang dianutnya.
·
Berbahagia; situasi kehidupannya
diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi),
acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
b.
Kepribadian yang tidak sehat
·
Mudah marah (tersinggung)
·
Menunjukkan kekhawatiran dan
kecemasan
·
Sering merasa tertekan (stress
atau depresi)
·
Bersikap kejam atau senang
mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
·
Ketidakmampuan untuk menghindar
dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
·
Kebiasaan berbohong.
·
Hiperaktif
·
Bersikap memusuhi semua bentuk
otoritas
·
Senang mengkritik/mencemooh orang
lain
·
Sulit tidur
·
Kurang memiliki rasa tanggung
jawab
·
Sering mengalami pusing kepala
(meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
·
Kurang memiliki kesadaran untuk
mentaati ajaran agama
·
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
·
Kurang bergairah (bermuram durja)
dalam menjalani kehidupan
C.
Unsur-Unsur
Kepribadian
Koentjaraningrat (1985:103-110) menjelaskan ada beberapa unsur yang
mempengaruhi terbentuknya kepribadian sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis
dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan gejala –
gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal
dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam
otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya
melalui penerimaan pancaindera-nya serta alat penerima atau reseptor
organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran
akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan
termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu di
bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di sana berbagai proses fisik, fisiologi,
dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran tekanan tadi,
kemudian diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh
individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh
proses akal yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut
“persepsi”.
2.
Perasaan
Perasaan
adalah rasa, kesadaran batin sewaktu menghadapi mempertimbangkan tentang
sesuatu hal/pendapat. Selain pengetahuan, alam
kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Kalau orang pada
suatu hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar reklame minuman Green tea berwarna yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan
seolah-olah terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas Green tea yang dingin dan penggambaran itu dihubungkan oleh akalnya dengan
penggambaran lain yang timbul kembali sebagai kenangan dalam kesadarannya,
menjadi suatu apersepsi tentang dirinya sendiri yang
tengah menikmati segelas Green tea dingin,
manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang panas-panasnya yang seakan-akan
demikian realistiknya sehingga keluarlah air liurnya. Apersepsi seorang
individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas Green tea dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu perasaan yang positif,
yaitu perasaan nikmat dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air
liur.
Sebaliknya,
kita dapat juga menggambarkan adanya seorang individu yang melihat sesuatu hal
yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan
sebagainya.Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaran
perasaan yang negatif, karena dalam kesadaran terkenang lagi misalnya bagaimana
kita menjadi muak karena sepotong ikan yang sudah busuk yang kita alami di masa
lampau.Apersepsi tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar
merasa muak apabila kita mencium lagi bau ikan busuk.
3.
Dorongan Naluri
Dorongan
naluri adalah dorongan hati yang dibawa sejak lahir, yang tanpa disadari
mendorong untuk berbuat sesuatu. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi
juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh
pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya, dan
khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauan yang
sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu, oleh beberapa ahli
psikologi disebut “dorongan” (drive).
Ada tujuh
macam dorongan naluri, yaitu :
a.
Dorongan untuk mempertahankan
hidup
Dorongan ini
memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga pada semua makhluk di dunia
ini dan yang menyebabkan semua jenis mampu mempertahankan hidupnya di dunia
ini.
b.
Dorongan seks.
Dorongan ini
timbul pada setiap individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan
memang mendorong landasan biologi yang mendorong makhluk manusia untuk
membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya. Selain untuk mendapatkan
keturunan, juga untuk mendapatkan status sosial.
c.
Dorongan untuk usaha mencari
makan/pekerjaan.
Dorongan ini
tidak perlu dipelajari, sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk
mencari makanan , yaitu dengan mencari susu ibunya tanpa dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang adanya hal- hal tersebut, dan ini berkembang (mencari
kerja) berdasarkan pengalaman dan pengetahuan serta faktor lingkungan di
sekitar.
d.
Dorongan untuk bergaul atau
berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini
memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai
makhluk sosial.
e.
Dorongan untuk meniru tingkah
laku sesamanya.
Hal ini
merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan diantaranya di antara
makhluk manusia, sebab adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang
memaksakan berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
f.
Dorongan untuk berbakti.
Hal ini ada
karena manusia sebagai makhluk secara kolektif, sehingga ia dapat hidup bersama
dengan manusia lain secara serasi. Dalam berbagai hal dorongan ini sering
dieksetensikan dari sesama manusia kepada kekuatan yang diangapannya berada di
luar akalnya, maka timbul religi.
g.
Dorongan akan keindahan, dalam
arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak.
Dorongan
dalam arti keindahan bentuk,warna,suara,dan gerak, pada seorang bayi dorongan
itu sering tampak pada gejala tertariknya kepada bentuk – bentuk tertentu dari
benda- benda di sekitarnya, warna –warna cerah, suara yang nyaring, dan
berirama dan kepada gerak-gerak yang selaras. Sehingga dorongan naluri ini
merupakan landasan dari suatu unsur terpenting dalam kebudayaan manuai yaitu
kesenian.
D.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1.
Faktor Biologis
Faktor
biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau
seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan,
pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat
badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak
dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat
kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat
jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada
pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik
tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2.
Faktor Sosial
Faktor
sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain
disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial
adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan
sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak
dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan
lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan
keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh
lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat
mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang
diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat
tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima
dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka
pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat
diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan
pembentukan kepribadian.
3.
Faktor Kebudayaan
Perkembangan
dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan.
Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian antara lain:
a.
Nilai-nilai
(Values)
Di dalam
setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai
anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
b.
Adat dan
Tradisi.
Adat dan
tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak
dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
c.
Pengetahuan
dan Keterampilan.
Tinggi
rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
d.
Bahasa.
Di samping
faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah
satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa
erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu.
Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan
orang lain.
e.
Milik Kebendaan
(material possessions).
Semakin maju
kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang
dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi
kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
E.
Tahap-tahap
Perkembangan Kepribadian
Teori
psikoanalisa mengenai perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis.
Pertama, premis bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis
pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak
lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang
bersumber pada proses-proses naluriah organisme.
Sigmund
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat tiga fase atau tahapan
perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan
kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1. Fase
Oral
Fase
oral adalah fase pertama yang berlangsung pada perkembangan kehidupan individu.
pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan paling peka adalah mulut.
Yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau minuman.
Stimulasi atau perangsangan atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan
kesenangan atau kepuasan.
2.
Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga kehidupan. Pada
fase ini energy libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur, serta kesenangan dan
kepuasan diperoleh dengan tindakan mempermainkan atau menahan kotoran (fases).
Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan
yang disebut toilet training.
3.
Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu
fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur kedaerah alat
kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan
mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan lainnya.
Sedangkan perkembangan
kepribadian menurut Jean Jacques Rousseau berlangsung dalam beberapa tahap
yaitu:
1.
Tahap perkembangan masa bayi
(sejak lahir sampai 2 tahun)
Tahap ini
didominasi oleh perasaan.Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendiri melainkan
berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus
lingkungan.
2.
Tahap perkembangan masa
kanak-kanak (umur 2-12 tahun).
Pada tahap
ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya fungsi indra
anak dalam mengadakan pengamatan.
3.
Tahap perkembangan pada masa
preadolesen (umur 12-15 tahun)
Pada tahap
ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Anak
mulai kritis dalam menanggapi ide orang lain. anak juga mulai belajar
menentukan tujuan serta keinginan yang dapat membahagiakannya.
4.
Tahap perkembangan masa
adolesen (umur 15-20 tahun)
Pada masa
ini kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan seksualitas yang kuat, di
samping itu mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai
memikirkan tingkah laku yang bernilai moral.
5.
Tahap pematangan diri (setelah
umur 20 tahun)
Pada tahap
ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan.Mulai dapat membedakan tujuan
hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok,
serta pemuasan keinginan masyarakat.Pada masa ini terjadi pula transisi peran
social, seperti dalam menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan, dan
peranan dalam keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi setiap keinginan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi kepribadian merupakan
salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia
sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki
kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan
sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola
- pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan
dengan kebiasaan umum.
Terdapat 2 ciri kepribadian yaitu kepribadian yang
sehat dan kepribadian yang tidak sehat. Kepribadian yang sehat mampu
menilai diri sendiri secara realisitik, mampu menilai situasi secara realistik,
mampu menilai prestasi yang
diperoleh secara realistik, mampu menerima tanggung jawab, memiliki kemandirian,
dapat mengontrol emosi, berorientasi tujuan, berorientasi keluar (ekstrovert),
mendapat penerimaan sosial, memiliki filsafat hidup, serta berbahagia.
Sedangkan kepribadian yang tidak sehat mudah marah (tersinggung), menunjukkan
kekhawatiran dan kecemasan, sering merasa tertekan (stress atau depresi), bersikap
kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang, ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang, mempunyai kebiasaan
berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang mengkritik/mencemooh
orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggung jawab, sering mengalami
pusing kepala, kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, pesimis
dalam menghadapi kehidupan, serta kurang
bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Kepribadian
terdiri dari unsur pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri, yang dipengaruhi
oleh faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan. Kepribadian
berkembang secara bertahap, mulai dari tahap perkembangan masa bayi (0-2 tahun),
tahap perkembangan masa kanak-kanak (2-12 tahun), tahap perkembangan masa
preadolesen (12-15 tahun), tahap perkembangan masa adolesen (15-20 tahun), dan
tahap pematangan diri (setelah 20 tahun).
B.
Saran
Diharapkan
dengan makalah ini mahasiswa dapat lebih memahami tentang kepribadian, baik
dari segi pengertiannya, ciri—ciri kepribadian yang sehat dan yang tidak sehat,
faktor yang mempengaruhi, unsur-unsur dari kepribadian dan bagaimana tahap
perkembangannya. Juga diharapkan dengan makalah ini mahasiswa dapat lebih bisa
mengetahui tentang dirinya sendiri dan sekiranya dapat bermanfaat untuk
perubahan kepribadian yang lebih baik dan lebih sehat.
sangat bermanfaat sekali
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fbabeyudi.wordpress.com
Hi there friends, how is everything, and what you wish for to say about this post, in my view its in fact amazing for me
BalasHapusAyam Bangkok
Bola Tangkas
Taruhan Bola
poker Online Uang Asli
Tembak Ikan Online
Togel Online